A.
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Alhamdulilah kami dari kelompok
XIV telah menyelesaikan
makalah
yang berjudul “ teori kepemimpinan ” pada mata kuliah teori sosiologi program
jurusan pendidikan ilmu pengetahuan sosial fakultas tarbiyah dengan dosen
pengampu Dr. H. Zulfi Mubaroq, M.Ag. Kelompok
kami mengambil bahan dari berbagai referensi buku ilmu budaya dasar karangan
Drs. Joko Widagdho
pentingnya pembahasan topik ini
adalah untuk mengetahui peran suatu kepemimpinan yang diterapkan dilingkungan
masyarakat maupun dilingkungan organisasi
isi global mengenai makalah ini
adalah pengertian teori kepemimpinan, konstruksi teori (yang meliputi isi dari
teori tersebut serta beberapa pendapat tokoh mengenai teori kepemimpinan
tersebut, serta riwayat hidup penemu teori kepemimpinan itu.
2. Tujuan pembahasan
Ingin memahami mengenai teori kepemimpinan serta peranannya didalam
lingkungan masyarakat.
3. Rumusan masalah
a.
Apakah pengertian teori
kepemimpinan itu?
b.
Bagaimanakah konstruksi teori
mengenai teori kepemimpinan tersebut?
c.
Bagaimana Riwayat hidup
penemu teori tersebut ?
B. POKOK PEMBAHASAN
1.
Pengertian Teori Kepemimpinan
Secara etimologi :
Teori : pendapat yang
dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa atau kejadian.
Pemimpin : orang yang
memimpin.
Kepemimpinan : perihal
memimpin, contoh : mahasiswa tetap mendukung cara kepemimpinan nasional
presiden.
Secara terminologis :
Kepemimpinan merupakan suatu
proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk
mencapai suatu tujuan bersama. [1]
2.
Konstruksi Teori
a.
Latar belakang teori
Pemimpin dan kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak
dapat dipisahkan structural maupun fungsional.[2]
Kepemimpinan tampaklah lebih merupakan konsep yang berdasarkan pengalaman. Arti
kata-kata ketua atau raja yang dapat ditemukan dalam beberapa bahasa hanyalah
untuk menunjukkan adanya pembedaan antara pemerintah dari anggota masyarakat
lainnya. Pemikiran yang mendalam tentang kepemimpinan lebih banyak terdapat
dikalangan Negara-negara Anglo-Saxon. The Oxport English Dictionary (1933)
mencatat bahwa kata pemimpin dalam bahasa inggris muncul pada tahun 1300.
Bagaimanapun kata kepemimpinan belum muncul sebelum tahun 1800.
Banyaknya konsep definisi kepemimpinan yang berbeda hampir sebanyak
jumlah orang yang telah berusaha untuk mendefinisikannya. Sekalipun demikian
terdapat banyak kesamaan diantara definisi-definisi tersebut memungkinkan
adanya skema klasifikasi secara kasar.[3]
b.
Macam-macam teori-teori
kepemimpinan
Macam-macam teori kepemimpinan dijelaskan ada 4 macam sebagaimana
berikut ini :[4]
1)
.Teori orang terkemuka
Kelompok
teori ini disusun berdasarkan cara induktif dengan mempelajari sifat-sifat yang
menonjol dari pimpinan atas keberhasilan tugas yang dijalankan, terutama
kemampuan untuk memimpin. Kualitas-kualitas apa yang dimiliki oleh para
pemimpin, dan kemudian dikaitkan dengan latar belakang asal usulnya sebagai
factor potensi.
Dalam kelompok teori ini diasumsikan
bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil memainkan peranan dan sifat-sifat unik
dan kualitasnya adalah superior. Sifat-sifat inilah kemudian dikelompokkan
sebagai kekhasan dari cirri-ciri kepemimpinan. Kelompok teori ini akan menjurus
pada teori traits of leadership dan traits
2)
Teori Enviromental
Teori ini berpendapat bahwa kepemimpinan didapatkan karena factor
lingkungan social yang merupakan tantangan untuk dapat diatasi dan
diselesaikan. Disamping itu seorang pemimpin bergantung pada zaman dimana ia
hidup untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sesuai dengan situasi dewasa
ini.
3)
Teori situasi personal
Teori ini beranggapan adanya suatu fielddynamic of leadership.
Teori ini selanjutnya menerangkan bahwa interaksi antara pemimpin dan
situasinya membentuk tipe-tipe kepemimpinan tertentu. Timbullah suatu anggapan
bahwa tiap situasi dapat membentuk seseorang untuk menjadi seorang pemimpin.
4)
Teori interaksi harapan
Dalam teori ini lebih menitikberatkan pada dinamik interaksi antara
pemimpin dengan rakyatnya dan melalui interaksi ini dapat dijaring
harapan-harapan dan keinginan-keinginan dari masyarakatnya. Pada umumnya
pemimpin hanyaa bekerja dibelakang mejanya dan memaksakan keinginannya sehingga
kurang memperhatikan harapan-harapan dan keinginan dari masyarakatnya secara
mendasar.
5)
Teori humanistik
Teori humanistik menyatakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah
mengatur kebebasan individu untuk dapat merealisasi motivasi dari rakyatnya
agar dapat bersama-sama mencapai tujuannya. Oleh karena itu yang lebih penting
dalam teori ini adalah unsure organisasi yang baik yang dapat memperhatikan
factor-faktor kebutuhan rakyatnya.
6)
Teori penukaran
Pada teori ini diungkapkan bahwa interaksi social ini akan
menghasilkan bentuk perubahan dimana para pengikutnya akan berpartisipasi
aktif.
Model kepemimpinan yang berkembang dalam kehidupan kebangsaan
dewasa ini telah membawa kepada kompleksitas permasalahan mengenai kepemimpinan
itu sendiri karena banyak orang yang telah menjadi pemipin yang tidak
dilembagakan, sumber dari kepemimpinan semacam ini bukan melalui lembaga
formal, melainkan karena kualitas individu.[5]
Selain enam teori tersebut
masih ada beberapa teori sebagai berikut :[6]
1)
Teori Great Man
dan Teori Bang
Teori yang usianya sudah cukup tua
ini menyatakan kepemimpinan merupakan bakat atau bawaan sejak seseorang lahir
dari kedua orang tuanya. Bennis dan Nanus (1990, p. 3) menjelaskan bahwa teori
Great Man berasumsi pemimpin di lahirkan bukan di ciptakan. Teori ini melihat
bahwa kekuasaan berada pada sejumlah orang tertentu, yang melalui proses
pewarisan memiliki kemampuan memimpin atau karena keberuntungan mereka memiliki
bakat untuk menempati posisi sebagai pemimpin.
Bennis dan Nanus (1993, p. 3) juga
menyatakan bahwa dalam perkembangan berikutnya, teori kepemimpinan berdasarkan
bakat cenderung di tolak dan lahirlah teori Big Bang. Teori kepemimpinan yang
baru di zamannya itu menyatakan bahwa sesuatu peristiwa besar di ciptakan atau
dapat membuat seseorang menjadi pemimpin. Teori ini mengintegrasikan antara
situasi dan anggota organisasi sebagai jalan yang dapat mengantarkan seseorang
menjadi pemimpin. Situasi yang di maksud adalah kejadian besar seperti
revolusi, kekacauan, pemberontakan, reformasi dll.
2)
Teori Sifat
atau Karakteristik Kepribadian
Teori ini bertitik tolak dari
pemikiran bahwa keberhasialan eorang pemimpin di tentukan oleh sifat atau
karakteristik kepribadiaan yang di miliki baik secara fisik maupun psikologis.
Dengan teori ini berasumsi bahwa keefektifan seorang pemimpin di tentukan oleh
sifat, perinagi atau ciri-ciri kepribadian tertentu yang tidak saja bersumber
dari bakat tetapi juga yang di peroleh dari pengalaman dan hasil belajar.
Dari berbagai pendapat mengenai
karakteristik pemimpin dalam mengefektikkan organisasi melalui anggotanya,
telah di lakukan penelitian yang menyimpulkan empat karakterisktik utama.
Keempat karakteristik itu adalah:
a)
Intelegensi
(kecerdasan)
b)
Kematangan dan
keluasan pandangan sosial.
c)
Memiliki
motivasi dan keinginan berprestasi.
d)
Memiliki kemampuan
hubungan manusiawi.
3)
Teori Perilaku
yang di maksud perilaku adalah gaya
kepemimpinan dalam mengimplementasikan fungsi kepemimpinan, yang menurut teori
ini sangat besar pengaruhnya dan bersifat sangat menentukan dalam
mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuannya.[7]
Sehubungan dengan itu apbila perilaku kepemimpinan di tampilkan berupa tindakan
tegas, keras, sepihak, tertutup pada kritik dan saran, mengancam setiap
pelanggaran atau kesalahan anggota organisasi dengan sanksi yang berat dll,
perilaku dalam memberikan pengaruh di lakukan secara simpatik, pendapat, saran
dan kritik, mengajak, memperhatikan prasaan, membina hubungan yang serasi dll,
maka di sebut gaya kepemimpinan demokratis.
4)
Teori
Kontingensi atau Teori Situasional
Dari teori kepemimpinan yang telah
di uraikan terdahulu ternyata semuanya berpandangan bahwa untuk mengelola
organisasi dapat di lakukan dengan gaya organisasi atau perilaku tunggal dalam
segala situasi. [8]Oleh
karena itulah timbul respon terhadap teori kepemimpinan tersebut. Dengan kata
lain tidak mungkin setiap organisasi hanya di pimpin dengan gaya kepemimpinan
tunggal untuk segala situasi terutama organisasi terus berkembang menjadi
semakin besar atau jumlah anggotanya semakin banyak.
Respon yang timbul berfokus pada
pendapat bahwa dalam menghadapi situasi yang berbeda di perlukan gaya
kepemimpinan yang berbeda pula. Di samping itu karena gaya kepemimpinan harus
sesuai dengan situasi yang di hadapu seorang pemimpin maka teoti ini di sebut
juga teori pendekatan atau situasional.
C.
Tipe dan Gaya
Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan dapat diartikan
sebagai bentuk kepemimpinan, yang di dalamnya diimplementasikan satu atau lebih
perilaku atau gaya kepemimpinan sebagai pendukungnya. Sedang gaya kepemimpinan
adalah perilaku atau cara yang di pilih dan di gunakan pemimpin dalam
mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota organisasi.[9]
1)
Tipe dan Gaya
Kepemimpinan Otoriter.
Tipe kepemimpinan ini menghimpun
sejumlah perilaku gaya kepemimpinan yang bersifat terpusat pada pemimpin
sebagai satu-satunya penentu, penguasa dan pengendali anggota organisasi dan
kegiatannya dalam usaha mencapai tujuan organisasi.[10]
Kepemimpinan ini di laksanakan
dengan kekuasaan berada di tangan satu orang atau kelompok kecil orang, yang di
antara mereka selalu ada seseorang yang menempatkan diri sebagai yang paling
berkuasa. Pemimpin tertinggi bertindak
sebagai penguasa tunggal di lingkungan organisasinya, yang harus di ikuti
dengan gaya kepemimpinan yang sama dengan pemimpin-pemimpin yang lebih rendah
posisinya.
2)
Tipe dan Gaya
Kepemimpinan Demokratis.
Tipe
kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor terpenting dalam
kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan dan mengutamakan orientasi pada
hubungan dengan anggota organisasi.[11]
Dengan filsafat
demokratis diimplementasikan nilai-nilai demokratis di dalam tipe kepemimpinan,
yang terdiri dari:
a)
Mengakui dan
menghargai manusia sebagai makhluk individual, yang memiliki perbedaan
kemampuan antara yang satu dengan yang lain, tidak terkecuali di antara anggota
di lingkungan sebuah organisasi.
b)
Memikulkan
kewajiban dan tanggung jawab yang sama dalam menggunakan hak masing-masing
untuk mewujudkan kehidupan bersama yang harmonis.
c)
Memberikan
perlakuan yang sama pada setiap individu sebagai anggota organisasi yang maju
dan mengembangkan diri dalam persaingan yang fair dan sehat.
3)
Tipe
Kepemimpinan Bebas.
Tipe
kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggota organisasinya mampu
mandiri dalam membuat keputusan atau mampu mengurus dirinya masing-masing,
dengan sesedikit mungkin pengarahan atau memberikan petunjuk dalam
merealisasikan tugas pokok masing-masing sebagai bagian dari tugas dari tugas
pokok organisasi.
Selain gaya
kepemimpinan tesebut yang telah dijelaskan ternyata masih ada gaya yang lainnya
dibeberapa referensi seperti :
1.
Kekompakan tinggi dan kerja
rendah
Gaya kepemimpinan ini
berusaha menjaga hubungan baik, keakraban dan kekompakan kelompok, tetapi
kurang memperhatikan unsure tercapainya tujuan kelompok atau penyelesaian tugas
bersama. [12]Dengan
gaya kepemimpinan itu para anggota yang berminat pada hasil kerja bersama akan
kecewa, karena mereka mengira bahwa mereka kumpul hanya untuk mengerjakan
sesuatu, tetapi ternyata hanya untuk senang-senang. Suasana akrab tidak dapat
lama bertahan dan pertemuan akan bubar, karena tujuan kelompok tidak tercapai.
2.
Kerja tinggi dan kekompakan
rendah
Gaya kepemimpinn ini menekankan segi penyelesaian tugas dan
tercapainya tujuan sebuah kelompok. Gaya kepemimpinan ini menampilkan gaya
kepemimpinan yang amat direktif. Gaya kepemimpinan ini baik untuk kelompok yang
baru dibentuk, yang membutuhkan tujuan dan sasaran jelas, dan kelompok yang
telah kehilangan arah, tidak mempuyai lagu tujuan dan sasaran, tidak mempunyai
criteria untuk meninjau hasil kerjanya, yang sudah kacau dan tak berarti lagi.
Karena gaya ini memberi kejelasan tujuan dan sasaran.
3.
Kerja tinggi kekompakan
tinggi
Gaya kepemimpinan yang menjaga kerja dan kekompakan tinggi cocok
dipergunakan untuk membentuk kelompok. Kelompok yang baru dibentuk membutuhkan
kejelasan tujuan dan sasaran itu, serta usaha untuk membina para anggota. Waktu
menggunakan gaya kepemimpinan itu untuk membentuk kelompok, pemimpin perlu
melengkapinya dengan contoh..
4.
Kerja rendah dan kekompakan
rendah
Gaya kepemimpinan yang kurang menekankan penyelesaian tugas dan
kekompakan kelompok cocok untuk kelompok yang sudah jelas akan tujuan dan
sasarannya, gamblang akan cara untuk mencapai tujuan dan sasaran itu dan
mengetahui cara menjaga kehidupan kelompok selama mencapai tujuan dan
sasarannya.[13]
Keempat gaya itu tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk
dibandingkan satu sama lain. Tidak ada gaya yang baik atau buruk. Hal ini
tergantung dari macam kelompok yang kita pimpin. Kepemimpinan yang baik
tegantung dari kemampuan untuk menilai keadaan kelompok dan memberikan
kepemimpinan yang dibutuhkan sesuai dengan tingkat perkembangan kelompok yang
ada.
c.
Pendapat Para Tokoh Mengenai Teori kepemimpinan
Ada
beberapa pendapat tokoh didalam buku psikologi sosial , yaitu : [14]
1.
Menurut Boring, Lavengeld dan
Weld :
Kepemimpinan
adalah hubungan dari individu-individu terhadap bentuk dari suatu kelompok
dengan maksud untuk dapat menyelesaikan beberapa tujuan
2.
Menurut George R. Terry :
Kepemimpinan
adalah aktifitas mempengaruhi orang-orang agar dengan sukarela bersedia menuju
kenyataan tujuan bersama
3.
Menurut H. Goldhamer and
EA.Shils :
Kepemimpinan
adalah tindakan perilaku yang dapat mempengaruhi tingkah laku orang-orang lain
yang dipimpinnya.
4.
Menurut Ordway Tead :
Kepemimpinan
adalah aktifitas mempengaruhi orang-orang untuk bekerja sama menuju pada
kesesuaian tujuan yang mereka inginkan.
5.
Menurut John Ptiffner :
Kepemimpinan merupakan seni
dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai
suatu tujuan yng dikehendaki.
Selanjutnya pengertian yang juga
cenderung senada diketengahkan oleh Fremont E Kast dan James E Rosenzwigh di
dalam A. Hasjmi Ali (1996:h.515) yang mengatakan kepemimpinan adalah
kesanggupan untuk membujuk orang lain dalam mencapai tujuan secara antusias.[15]
Perkataan membujuk atau mengajak pada dasarnya bermakna pemberian dorongan pada
orang lain agar melakukan suatu kegiatan atau bekerja yang harus dilakukan
tanpa paksaan, sebagaimana telah dikatakan dalam pengertian-pengertian
terdahulu. Di samping itu maknanya dalam di perluas bahwa bujukan atau
ajakan juga berati pemberian dorongan
dari luar, sebagai motivasi yang bersifat ekstrinsik. Dengan motivasi seperti
ini diharapkan kegiatan dalam memberikan kontribusi bagi tercapainya tujuan
organisasi dilakukan secara antusias dalam arti bersemangat dan
bersungguh-sungguh dengan kesediaan bekerja keras dan di siplin
Berikutnya Harold Koontz, Cyril
O’Donnel dan Heinz Weihrich mengatakan bahwa kepemimpinan adalah seni atau
proses mempengaruhi orang sehingga akan berusaha mencapai tujuan organisasi
dengan kemauan dan antusiasme yang tinggi. Pernyataan kepemimpinan sebagai seni
pada dasarnya bermakna kemampuan menciptakan hubungan manusiawi berupa pengaruh
yang menyenangkan dan memuaskan bagi anggota organisasi, sehingga bersedia
melakukan suatu kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.tidak ada pola yang
pasti dalam mewujudkan pengaruh tersebut sebagai seni, karena sangat tergantung
pada potensi dan karakter pemimpin dalam menggunakan keterampilan sosialnya
Pengertian berikutnya diketengahkan
oleh George R. Terry di dalam terjemahkan winardi (1985:h343) yang mengatakan
kepemimpinan adalah hubungan dimana seseorang yakni pemimpin mempengaruhi pihak
lain untuk bekerjasama secara suka rela dalam mengusahakan tugas-tugas yang
berhuhungan, untuk mencapai hal yang diinginkan pemimpin tersebut[16].
Senada dengan pengertian terdahulu, pengertian inipun menekankan pada kemampuan
seseorang dalam mempengaruhi orang lain agar melakukan kegiatan
Kepemimpinan menurut Prof.Kimball
Young adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup
mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan aksestansi
atau penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tetap bagi
situasi khusus.[17]
Berikut ini diketengahkan juga
pengertian kepemimpinan yang penulis rumuskan di dalam buku Kepemimpinan Yang
Efektif (1993:h.9) yang mengatakan bahwa kepemimpinan dapat di artikan sebagai
kemampuan mendorong sejumlah orang agar bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan
yang terarah pada tujuan bersama.
Sedang di bagian lain diketengahkan
juga suatu pengertian yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan
mempengaruhi orang lain agar melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan yang akan
di capai seorang pemimpin
Berikut ini akan diketengahkan
beberapa pengertian kepemimpinan lainnya dikutip Gary A Yulk di dalam
terjemahan Jusuf Udaya (1994:h.2) sebagai berikut:[18]
1)
Kepemimpinan
adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu,
yang diarahkan melalui proses komunikasi ke arah satu atau tujuan tertentu (Tannenbaum,
Weschler&Massarik,1961)
2)
Kepemimpinan
adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitas suatu kelompok ke
suatu tujuan yang hendak dicapai bersama(Hemhill&Coons,1957)
3)
Kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasikan ke
arah pencapaian tujuan(Rauch&Behling:1984).
4)
Kepemimpinan
adalah sebuah proses memberi makna terhadap suatu kolektif dan mengakibatkan
kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan dalam mencapai
sasaran(Jacabs&Jacques:1990).
Selanjutnya Greenberg dan Bacon (2000, p.445) mengatakan bahwa
kepemimpinan adalah suatu proses dimana seorang pemimpin mempengaruhi
anggotanya untuk mencapai kelompok atau organisasinya. Sedang menurut James M
Kouzes dan Barry Z Posner (1999:p.59) kepemimpinan adalah seni memobilisasi
orang lain supaya ingin dan mau berjuang mengejar aspirasi bersama.
Kepemimpinan adalah unsur lain yang tidak bisa diacuhkan di dalam
kehidupan kelompok. Khususnya kelompok yang lebih besar segera menghadapi
permasalahan koordinasi, komunikasi dan administrasi menetapkan seorang
pemimpin kelompok pengurangi permasalahan ini. Oleh karena itu anggota kelompok
besar mungkin setuju menerima kepemimpinan.( forsyth, 1990:213, 220).[19]
Sejalan dengan pendapat tersebut Sondang P. Siagian (1994, hal. 36)
mengatakan bahwa kepemimpinan adalah inti manajemen yakni sebagai motor
penggerak bagi sumber dan alat dalam organisasi.
3.
Riwayat Hidup Penemu Teori
Niccolò
Machiavelli (lahir di Florence,
Italia,
3
Mei
1469 ,
meninggal di Florence,
Italia,
21
Juni
1527
pada umur 58 tahun) adalah diplomat dan politikus Italia
yang juga seorang filsuf.
Sebagai ahli teori, Machiavelli adalah figur utama dalam realitas teori
politik, ia sangat disegani di Eropa
pada masa Renaisans. Dua bukunya yang
terkenal, Discorsi sopra la prima deca di Tito Livio (Diskursus tentang
Livio) dan Il Principe
(Sang Pangeran),
awalnya ditulis sebagai harapan untuk memperbaiki kondisi pemerintahan di
Italia Utara, kemudian menjadi buku umum dalam berpolitik pada masa itu.
Il
Principe, atau Sang Pangeran menguraikan tindakan yang bisa
atau perlu dilakukan seorang seseorang untuk mendapatkan atau mempertahankan
kekuasaan. Nama Machiavelli, kemudian diasosiasikan dengan hal yang buruk,
untuk menghalalkan cara untuk mencapai tujuan. Orang yang melakukan tindakan
seperti ini disebut makiavelis.
Niccolò
Machiavelli seorang pakar teori politik Itali percaya bahwa keberhasilan
seorang pemimpin sangat ditentukan oleh ‘statecraft’ yang dimilikinya atau
keahlian sebagai seorang negarawan. Untuk memastikan seorang pemimpin itu
berhasil atau tidak, dapat dilihat bagaimana cara ia menggunakan kekuasaan yang
ada di tangannya. Penggunaan kekuasaan itu dapat dilakukan dengan banyak cara,
termasuk cara-cara yang tak terpuji.
The Prince, yang ditulis Machiavelli
tahun 1513, menyatakan bahawa semua pemimpin harus menggunakan penipuan dan
akal licik, untuk mencapai tujuan mereka. Dengan lain perkataan, seorang
pemimpin harus tahu bila ia harus berperanan sebagai singa, bila bertindak
seperti musang, dan sebagainya. Perubahan karakter seorang pemimpin itu harus
mengikuti keadaan. Ini bererti juga seorang pemimpin itu harus memberikan kesan
di depan rakyat bahwa ia seorang yang lembut, pemurah, bahkan pro agama. Namun
ia pun dapat berbuat jahat dan mengabaikan rasa sayang dan moral jika
diperlukan.
Teori kepemimpinan yang diusung oleh
Machievelli itu merupakan salah satu model kepemimpinan yang banyak digunakan
oleh para pemimpin diktator. Bagi penentang teori ini, Machiavelli dianggap
sebagai simbol kediktatoran dan kekejaman. Teori kepemimpinan Machievelli
cenderung menghalalkan segala cara untuk mempertahankan suatu kekuasaan. Inilah
menjadi pegangan yahudi yang amat bertentngan dengan islam.
Ia juga membenarkan sistem pemerintahan
yang dijalankan penguasa bertangan besi, yang menolak pertimbangan moral dalam
hal politik praktis.
Oleh kerana itu, tak hairan jika para
Machiavellis, terutama para penguasa yang menjalankan prinsip Machiavelli ini
dianggap sebagai individu dan kumpulan manusia yang membenarkan dusta,
penipuan, penindasan, dan pembunuhan, termasuk pengingkaran sejarah asal
stabiliti kekuasaannya mantap dan tidak tergugat.
Menurut Machiavelli, penguasa yang
menjalankan aturan-aturan konvensional seperti petunjuk-petunjuk moral (agama)
yang menekan justru akan menghancurkan kekuasaannya sendiri. Ia menganjurkan
seorang penguasa itu mengabaikan pertimbangan moral secara total dan mengandalkan
kekuatan dan kelicikan, termasuk mewujudkan kekuatan militeri yang dilengakp
persenjataan terbaik. Seorang penguasa juga harus dikelilingi oleh
menteri-menteri yang mampu dan setia, terdiri dari penjilat untuk mencapai
kejayaannya.
Machiavelli juga mengajukan dua pilihan
perbincangan, apakah seorang penguasa itu lebih baik dicintai atau
dibenci/ditakuti. Menurutnya penguasa sebaiknya ditakuti dan dicintai, tapi
kedua pilihan ini ini tak boleh disandang sekaligus, lebih mudah bagi seorang
penguasa adalah ditakuti, kerana bila dia memilih untuk dicintai maka ia harus
siap-siap untuk mengorbankan kepentingan demi rakyat yang mencintainya.
Dalam sejarah dunia, ada begitu banyak
penguasa yang mengikuti teori kepemimpinan Machiavelli ini. Napoleon, Stalin, Hitler,
Benito Mussolini, Slobodan Milosevic, Pinochet, hingga Pol Pot merupakan
tokoh-tokoh yang mengambil langkah radikal dalam kepemimpinannya. Mereka
menciplak habis teori Machiavelli untuk bertahan dalam tampuk kekuasaannya.
Mereka diktator ulung pada masanya. Mussolini memuji-muji Machievalli di depan
umum sebagai tokoh inspirator. Bahkan Napoleon menyelitkan “The Prince” di
bawah bantalnya agar boleh membacanya berulang-ulang. http://aprian.blogdetik.com/tokoh-pencetus-teori-kepemimpinan/
C.ANALISIS
DAN DISKUSI
1.
ANALISIS
Menurut saya ( ratih setya andhini ) dalam
penjelasan didalam pokok pembahasan yang telah dijelaskan mulai dari pengertian
sampai definisi masing-masing teori, dapat disimpulkan bahwa banyak perbedaan pendapat
antara beberapa referensi tetapi dengan adanya perbedaan tersebut akan saling
melengkapi terhadap pernyataan-pernyataan yang dianggap kurang sesuai. Beberapa
definisi mengenai pengertian kepemimpinan juga banyak sekali, saya setuju
dengan beberapa pendapat para tokoh karena pada intinya seseorang melakukan
proses-proses tertentu untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Sedangkan konstruksi teorinya saya lebih setuju
dengan teori sifat atau karakteristik kepribadian karena pada dasarnya
kepemimpinan tersebut akan tercermin dengan sifat karakteristik yang dimiliki
pemimpin tersebut.
Menurut saya ( Lu’luil
Maknunah ) , teori kepemimpinan ini sudah sesuai dengan kehidupan masyarakat
saat ini, karena dalam teori ini banyak tokoh-tokoh berpendapat bahwa seorang
pemimpin itu layak disebut sebagai pemimpin apabila dia mampu mempengaruhi
orang lain untuk melakukan suatu pekerjaan yang didasari dengan sukarela untuk
mencapai suatu tujuan yang diinginkan oleh pemimpin tersebut.
Banyak sekali teori yang menjelaskan tentang kepemimpinan
diantaranya adalah teori Gart Man yang menyatakan bahwasannya pemimpin
merupakan suatu sifat yang ada mulai sejak lahir, yang mana kepemimpinan itu
berada pada orang tertentu yang memiliki bakat untuk menempati posisi sebagai
pemimpin. Dan menurut teori Big Bang, kepemimpinan merupakan suatu peristiwa
besar yang dapat menciptakan seseorang menjadi pemimpin yang memiliki
anggota/pengikut oraganisasi sebagai jalan untuk mengantarkan sebagai seorang
pemimpin. Yang dimaksud peristiwa besar adlah seperti revolusi,kekacauan, dan
pemberontakan.
Dalam tipe/ gaya kepemimpinan terdapat 3 macam tipe diantaranya
adalah tipe kepemimpinan otoriter yang menjelaskan bahwa seorang kepemimpinan
yang menjadikan pemimpin sebagai satu-satunya penentu, penguasa,penengendali
anggota oraganisasi dalam mencapai suatu tujuan. Dan kepemimpinan demokratis
adalah kepemimpinan yang mengutamakan orientasi pada hubungan antar anggota
organisasi. Dan kepemimpinan bebas adalah suatu kepemimpinan pada dasarnya
berpandangan bahwa anggota organisasinya mampu mandiri dalam membuat keputusan
atau mampu mengurus dirinya masing-masing.
2.
DISKUSI
A. KESIMPULAN
1. Teori
kepemimpinan adalah suatu proses yang dilakukan seseorang dalam suatu kelompok
ataupun sekumpulan orang untuk mencapai suatu tujuan bersama.
2.
DAFTAR
RUJUKAN
Prof.Dr.Wibowo,
S.E., M.Phil.2010.Budaya Organisasi.Jakarta.PT.Raja
Grafindo Persada
Adair
John.1993.Membina Calon Pimpinan.Jakarta.Pt.Bumi
Aksara
Dr.Jurdi
Syarifudin,M.Pd. 2010. Sosiologi islam
dan masyarakat modern. Jakarta. Prenada Media Grup
J.Charles
Keating.1986. Kepemimpinan Teori dan
pengembangannya. Jogyakarta. Kanisius
Drs.H.Ahmadi
Abu. 1991. Psikologi sosial. Jakarta.
Rineka Cipta
Prof.Dr.Mar’at.
1985. Pemimpin dan Kepemimpinan.
Jakarta timur. Balai aksara
H.Nawawi
Hadari. 2006. Kepemimpinan mengefektifkan
organisasi. Jogyakarta.Gajah Mada University Press.
Dr.Sukidin.M.Pd.
2009. Sosiologi ekonomi. Jogyakarta.
Laksbang presindo.
Dra.Kartono
Kartini. 1990. Pemimpin dan Kepemimpinan.
Jakarta. Cv. Rajawali
0 komentar:
Posting Komentar