BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Kehidupan dan peradaban manusia di awal milinium ketiga ini mengalami
banyak perubahan. Dalam merespon fenomena itu. Manusia berpacu mengembangkan
pendidikan di segala bidang ilmu termasuk penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Namun bersamaan dengan itu muncul sejumlah krisi dalam kehidupan
berbangsa dan berbegara. Akibatnya, peranan serta efektivitas pendidikan agama
di sekolah sebagai pemberi nilai spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat di
pertanyakan. Dengan asumsi jika pendidikan agam dilakukan dengan baik, maka
kehidupan masyarakat pun akan lebih baik.
Kenyataannya, seolah-olah pendidikan agama dianggap kuran memberikan
kontribusi ke arah itu. Setelah ditelusuri, pendidikan agama menghadapai beberapa
kendala, antara lain : waktu yang disediakan hanya dua jam pelajaran dengan
muatan materi yang begitu padat dan memaang penting, yakni menuntut pemantapan
pengethuan hingga terbentuk watak dan kepribadian yang berbeda jauh dengan
tuntunan terhadap mata pelajaran lainnya.
Apalagi dalam pelaksanaan pendidikan agama tersebut masih terdapat
kelemahan-kelamahan yang mendorong dilakukannya penyempurnaan terus menerus.
Kelemahan lain, materi pendidikan agama islam, termasuk bahan ajar akhlak.
Lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan ( kognitif ) dan minim dalam
pembentukan sikap ( Afektif ) serta pembiasaan ( Psikomotorik ). Kendala
lainadalah kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi
motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai pendidikan agama
dalam kehidupan sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan
pendekatan dan metode yang lebih variatif, minimnya berbagai sarana pelatihan
dan pengembangan, serta rendahnya peran serta orang tua.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian Kurikulum islam itu?
2. Apa
unsure-unsur sistem pendidik itu?
3. Bagaimanakah
Substansi kurikulum pendidikan islam itu?
4. Apa
Ciri-ciri kurikulum pendidikan islam itu?
5. Bagaimanakah
Asas dan prinsip kurikulum pendidikan islam itu?
C. Tujuan
Pembahasan
Ingin memahami pengertian
kurikulum, unsur-unsur pendidik , substansi, cirri-ciri, asas, serta fungsi
kurikulum dalam dunia pendidikan
BAB II
POKOK PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kurikulum Islam
Secara etimologi
kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu currier yang artinya pelari dan
curure yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Istilah ini pada
mulanya dgunakan dalam dunia olahraga yang berarti :” a litte racecourse”(suatu
jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan olahraga). Berdasarkan pengertian
ini dalam konteksnya dunia pendidikan, memberikan penfertian sebagai “ circe of
instruction” yaitu suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat
didalamnya. Sementara pendapat lain dikemukakan bahwa kurikulum ialah arena
pertandingan tempat pelajar bertanding untuk menguasai pelajaran guna untuk
mencapai gelar.[1]
Adapun pengertian
harfiah kata "kurikulum" berasal dari bahasa latin, a little
racecourse( suatu jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan olahraga,
yang kemudian dialihkan kedalam pengertian pendidikan menjadi circle of
instruction yaitu suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat
didalamnya.
Istilah kurikulum
kemudian digunakan untuk menunjukkan tentang segala mata pelajaran yang
dipelajari dan juga semua pengalaman yang harus diperoleh serta semua kegiatan
yang harus dilakukan anak. Akan tetapi,
bila dibicarakan tentang apa yang disebut experience curriculum atau activity
curriculum, maka hal itiu akan menyangkut masalah metode pendidikan.
Sesungguhnya apa yang dimaksud dengan experience dan
activity curriculum dalam pengertian metode searang, termasuk kurikulum
bukan termasuk metode, karena berkaitan dengan penemuan pengalaman dan kegiatan
anak didik dalm proses belajar mengajar.[2]
Kurikulum, menurut
William B.Ragan, meliputi seluruhh program dan kehidupan disekolah, sebagai
juga disampaikan oleh Nasution, bahwa kurikulum dinyatakan ada beberapa
penafsiran lain tentang kurikulum diantaranya kurikulum sebagai produk ( hasil
pengembangan kurikulum), kurikulum sebagai program ( alat yang dilakukan
sekolah untuk mencapai tujuan),
kurikulum sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari oleh siswa(sikap,
ketrampilan tertentu).
Dalam dunia
pendidikan islam, istilah kurikulum (manhaj) adalah sebagai jalan terang yang
dilalui pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang dididik atau
dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka
sedangkan menurut Muhammad Ali al-Khauli, pada hakekatnya kurikulum adalah
seperangkan perencaan dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam
mewwujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan. Kurikulum juga dapat sebagai
fungsinya sebagai berikut :[3]
1.
Kurikulum
sebagai program studi
2.
Kurikulum
sebagai konten
3.
Kurikulum
sebagai kegiatan berencana
4.
Kurikulum
sebagai hasil belajar
5.
Kurikulum
sebagai reproduksi cultural
6.
Kurikulum
sebagai pengalaman belajar
7.
Kurikulum
sebagai produksi
Berdasarkan
pengertian diatas dapat digeneralisasikan bahwa pengertian kurikulum adalah
kegiatan yang mencakup berbagai macam rencana kegiatan anak didik yang
terperinci yang berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi
belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat diterapkan dan
hal-hal yang mencakup kegiatan yang bertujuan mencapai tujua yang diinginkan.
B. Unsur-unsur SistemPendidikan[4]
Unsur
kurikulum
Pada umumnya menyusun kurikulum dibuat berdasarkan
pengalaman pribadi dan sosial siswa. Pelajaran yang diberikan sering kali
berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial agar dapat digunakan untuk menyelesaiakan
persoalan berupa pengalaman dan rencana siswa. Namun, karena penyelesaian
persoalan itu melibatkan kemampuan komunikasi, proses sistematis, dan
pembahasan ilmiah, maka kurikulum yang dirancang secara interdisipliner dengan
alam sekitar. Buku dipandang sebagai alat membantu proses belajar, bukan
sebagai sumber utama ilmu pengetahuan. Dalam pandangan Al abrasyi, menyusun
kurikulum itu hendaknya berpegang pada beberapa prinsip, yaitu : (1)
pertimbangan pada adanya pengaruh mata pelajaran itu dalam pendidikan jiwa
serta kesempurnaan jiwa; (2) adanya pengaruh suatu pelajaran dalam menjalani
cara hidup yang mulia, sempurna, seperti pengaruh ilmu akhlak, hadis, fiqih,
dan lainnya; (3) perlunya menuntut ilmu karena ilmu itu sendiri; (4)
mempelajari ilmu pengetahuan karena ilmu itu dianggap yang terlezat bagi
manusia; (5) prinsip pendidikan kejujuran, tekhnik dan industrialisasi untuk
mencari kehidupan; dan (6) mempelajari beberapa mata pelajaran adalah alat dan
pembuka jalan untuk mempelajari ilmu-ilmu lain. Dengan demikiaan kurikulum
pendidikan islam meliputi kepentingan duniawi (poin 3 sampai poin 6) dan
kepentingan ukhrowi (spiritual poin 1 dan 2).
Unsur
pendidik
Guru berperan sebagai pembimbing murid dalam upaya
dan rencana penyelesaian masalah atau “problem solving”. Guuru membantu
siswa menentukan persoalan-persoalan yang berarti, melokasikan sumber data yang
relefan, menafsirkan dan mengevaluasi ketepatan data, dan merumuskan
kesimpulan. Pendidik disini mampu mengenal sampai dimana siswa perlu bimbingan
dalam suatu keterampulan khusus agar dapat melanjutkan pesoalannya lebih
lanjut. Ini semua memerlukan guru yang sabar, flexibel, memiliki kemamapuan
interdisipliner; kreatif dan cerdas. Tidaklah mudah memenuhi peranan guru
semacam itu.
Dalam konteks pendidikan islam, guru adalah
spiritual father atau bapak rohani bagi murid. Gurulah yang memberi masukan
jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak dan membenarkannya, maka menghormati guru
berarti penghormatan terhadap anak-anak pula. Oleh karena itu, menjadi pendidik
seharusnya memiliki sifat-sifat sebagai berikut. (1) Zuhud, tidak mengutamakan
materi dan mengajarkan mencari keridloan Allah SWT. (2)bersdan
tubuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwa, terhindar dari dosa
besar, sifat riya ( mencari nama), dengki permusuhan, perselisihan, dan sifat
lainya yang tercela;(3) iklas dalam pekerjaan ; (4) suka pemaaf ; (5) guru
merupakan seorang pabak sebelum ia manjadi guru; (60 guru harus mengetahui
ta’bi’at murid , dan guru harus menguasai mata pelajaran.
Unsur Peserta didik
Siswa adalah anak yang dinamis yang secara alami
ingin belajar, dan akan belajar apabila mereka tidak merasa putus asa dalam
pelajarannya yang diterima dari orang yang berwenang atau dewasa yang
memaksakan kehendak dan tujuanya kepada mereka.jadi peserta didik dalam konsep
islami harusla aktif dan dinamis dalam berfikir, belajar , meneliti,
merenungkan,mencoba, menemukan, mengamalkan, dan menyebarkan aktifitasny. Dan
sebagai sarana formal dari tiga komponen atau unsur dalam pendidikan islami tersebut adalah melibatkan unsur sekolah.
Unsur Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidkan dan pengajaran
Sekolah mempunyai aturan –aturan khusus, tata tertip tertentu yang di buat
tujuahan kehidupan dan mengarahkan kepada sesuatu yang baik.sekolah dianggap
sebagai mikrokosmos dari masyarakat secara keseluruhan.sekolah dianggap sebagai
meniatiur masyarakat
Unsur
Miliu Masyarakat
Miliu merupakan semua faktor yang mempengaruhi
proteksi dan kecenderungan anak semisal rumah (keluarga) dimana anak tersebut
tinggal, sekolah tempat ia belajar, lapangan tempat ia bermain, dan masyarakat
dimana ia hidup bergaul. Berkaitan dengan lingkungan (masyarakat) ini,
al-abrasy menyebutkan bahwa lingkungan sosial itu memiliki pengaruh besar bagi
perkembangan pendidikan. Pada aspek sekolah masyarakat ini Dewey mengatakan
“this school is microchosm of the largest society”, sementara al-abrasy
menyebutkan hubungan antara madrasah dengan sekolah ini dengan ungkapannya
dimana keduanyaberarti sekolah merupakan masyarakat dalam bentuk kecil.
Salah
satu tugas pokok Filsafat Pendidikan Islan adalah memberikan kompas atau arah
dan tujuan pendidikan islam. Suatu tujuan kependidikan yang hendak dicapai
harus direncanakan ( diprogramkan) dalam apa yang disebut"kurikulum".
Antara tujuan dan program harus ada kesesuaian atau kesinambungan. Tujuan yang
hendak dicapai harus tergambar didalam program yang tertuang didalam kurikulum,
bahkan program itulah yang mencerminkan arah dan tujuan yang di inginkan dalam
proses kependidikan.
Oleh karena itu kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses kependididkan dalam
suatu Lembaga Kependidikan Islam. Segala hal yang harus diketahui atau diresapi
serta dihayati oleh anak didik harus ditetapkan dalam kurikulum itu. Dalam
segala hal yang harus diajarkan oleh pendidik kepada anak didiknya, haus
dijabarkan dalam kurikulum. Dengan demikian dalam kurikulum tergambar jelas
secara berencana bagamana dan apa saja yang harus terjadi dalam proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh pendidik dan anak didik. Jadi kurikulum
menggambarkan kegiatan belajar mengajar dalam suatu lembaga kependidikan.
C.SUBSTANSI
KURIKULUM
Dalam kaitan dengan
pengetahuan apa sajakah yang harus diajarkan dan dipelajari di dalam proses
pendidikan dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan, dapat dikemukakan
berbagai pandangan dari para filisof sebagai berikut.[5]
1. Herman H. Horne, berpendapat bahwa substansi apa yang harus dimasukkan didalam kurikulum itu
merupakan isi kurikulum, yaitu :
a.
The
Ability and needs of children (
kemampuan yang diperoleh dari belajar dan kebutuhan anak didik). Hal ini dapat
diketahui dari psikologi.
b.
The
Legitimate demand of society(
tuntutan yang sah dari masyarakat). Hal ini dapat diketahui dari sosiologi.
c.
The
kind of universe in in which we live( keadaan alam semeseta dimana kita hidup). Halmini dapat diketahui dari
filsafat.
2.
Al-
Ghazali, adalah ahli piker muslim dan ahli tasawuf pada abad ke 5 H (450 H)
atau tahun 1058 M. beliau terkenal sebagai ahli piker yang berbeda pendapat
dengan kebanyakan ahli piker muslim yang lain (pada masanya), sehingga diberi
gelar hujjatul islam. Dalam masalah pendidikan beliau berpendapat bahwa,
pendidikan hendaknya ditujukan kearah mendekatkat diri kepada allah dan dari
sanalah akan diperoleh kesejahteraan hidup didunia dan kebahagiaan di akherat.
Hanya dengan ilmu pengetahuan manusia dapat menjadi sempurna dan dapat mengenal
tuhannya.
Beliau membagi ilmu pengetahuan yang terlarang dipelajari
atau wajib dipelajari oleh anak didik menjadi tiga kelompok, yaitu:
a.
Ilmu
yang tercela, banyak atau sedikit ilmu ini tak ada manfaatnya bagi manusia
didunia ataupun di akhirat, misalnya ilmu sihir, nuzum, ilmu perdukunan.
b.
Ilmu
yang terpuji, banyak atau sedikit, misalnya ilmu taukhid, ilmu agama. Ilmu ini
bila dipelajari akan membawa orang kepada jiwa yang suci bersih dari kerendahan
dan keburukan serta dapat mendekatkan diri kepada allah.
c.
Ilmu
terpuji pada taraf tertentu, yang tidak boleh didalamni, karena ilmu ini dapat
3.
Ibnu
sina, seorang filosof dan ahli kedokteran muslim yang dilahirkan pada tahun 985
M di Afsyanah dekat bukhoroh. Dalam masalah pendidikan beliau menaruh perhatian
khusus, meskipun hal ini bukan keahliannya. Pada saat itu kebanyakan ahli piker
muslim dan non muslim bila telah digelari sebagai filosof mereka harus mengetahui
segala ilimu dan sekurang-kurangnya memahaminya. Ibnu sina dengan masalah
pendidikan dalam hubungannya dengan hidup psikologis manusia. Beliau berpendapat bahwa ilmu pengetahuan itu ada
dua jenis, yaitu ilmu nazghori(teoriotis) dan ilmu amali(praktis), yang
tergolong dalam ilmu nazghori ialah ilmu alam dan ilmu riyadhi(ilu urai atau
matematika). Ilmu illahi atau ketuhanan yaitu ilmu yang mengandung I'tibar
tentang wujud kejadian alam dan isinya melalui penganalisisan yang jelas dan
jujur sehinga diketahui penciptanya.
Adapun ilmu amali(praktis) adalah ilmu yang membahas
teentang tingkah laku manusia dilihat dari segi tingkah laku individualnya,
ilmu ini menyangkut ilmu akhlaq. Bila dilihat dari tingkah laku dalam
hubungannya dengan orang lain maka ilmu ini termasuk ilmu siasat(politik).
4.
Ibnu
khaldun( 732-1332 M) di Tunis, ia pernah menjadi guru yang gemar berkelana di
wilayah maghribi sampai ke Andalusia. Ibnu khaldun membagi tiga yaitu ilmu
lisan, naqli, aqli. Ilmu lisan itu terdiri dari lughah, nahwu, bayan, sastra
arab. Ilmu naqli,u yang mengambil dari kitab suci dan sunah nabi. Ilmu aqli,
ilmu yang menunjukkan manusia dengan daya piker termasuk di dalam ilmu ini
adalah ilmu mantik dan ilmu logika.
Dari segi kepentingannya untuk para pelajar ibnu khaldun
membagi ilmu manjadi:
1.
Ilmu
syariah dengan semua jenisnya
2.
Ilmu
filsafat seperti ilmu alam dan ketuhanan
3.
Ilmu
alat yang membantu ilmu agama seperti ilmu lughah, nahwu, dsb.
4.
Ilmu
alat yang membantu ilmu falsafah seperti ilmu mantik(logika).
D. Ciri-Ciri Kurikulum Pendidikan
Islam
Sebagaimana
dinyatakan oleh Omar Muhammad Al-Toumi al-syaibani sebagai berikut:[6]
1. Menonjolnya
tujuan agama dan akhlaq pada berbagai tujuan-tujuannya, dan kandungan-kandungan,
metode-metode, alat-alat dan tehniknya bercorak agama
2. Meluasnya
perhatian dan menyeluruhnya kandungan-kandungannya.
3. Cirri-ciri
keseimbangan yang relative diantara kandungan-kandungan kurikulum dari ilmu-ilmu
dan seni atau kemestian-kemestian, pengalaman-pengalaman dan kegiatan ajaran
yang bermacam-macam kurikulum dalam pendidikan islam
4. Kecenderungan
pada seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, pengetahuan tehnik,
latihan kejuruhan, bahasa-bahasa asing
5. Kurikulum
dalam pendidikan islam dengan kesediaan pelajar dan minat, kemampuan, kebutuhan
dan perbedaan perseorangan diantara mereka juga berkaitan dengan alam sekitar
social budaya dimana kurikulum itu dilaksanakan.
Menurut
Nor Wood dkk, kurikulum hendaknya mengandung beberapa unsur :
1. Upaya
pembinaan rasa tanggung jawab dan menghargai akal budi
2. Menumbuhkan
sikap mandiri serta pengembangan kekuatan intelektual yang bebas dan bertanggung
jawab
3. Memberikan
pengetahuan tentang realitas yang bakal dialami
Komponen kurikulum
paling tidak mencapai empat hal pokok:
1. Komponen
dasar, mencakup konsep dasar, tujuan dalam kurikulum pendidikan,
prinsip-prinsip kurikulum yang dianut, pola organisasi kurikulum, criteria
keberhasilan, orientasi pendidikan dan system evaluasi.
2. Kloster
komponen pelaksana, mencakup materi pendidikan, system penjenjangan, system
penyampaian, proses pelaksanaan dan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
3. Kloster
komponen pelaksana dan pendukung kurikulum mencakup pendidikan, anak didik,
bimbingan konseling administrasi pendidikan sarana prasana dan biaya pendidikan.
4. Kloster
komponen usaha pengembangan yakni usaha-usaha pengembangan terhadap ketiga kloster
tersebut dengan berbagi komponen yang mencakup didalamnya.
Muhammad
al-toumi al-syaibani mengemukakan bahwa asas-asas umum menjadi landasan pembentukan
kurikulum dalam pendidikan islam adalah
1. Asas
agama
2. Asas
falsafah
3. Asas
psikologis
4. Asas
social
1.
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan
dan untuk menempuh harapan manusia sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan
2.
Kurikulum sebagai pedoman dan program
yang harus dilakukan oleh subjek dan objek pendidikan
3.
Kurikulum memiliki fungsi kesinambungan untuk
persiapan pada jenjang sekolah berikutnya dan penyiapan tenaga kerjabagi yang
tidak melanjutkan.
4.
Kurikulum sebagai standart dalam penialaian
kriterian keberhasilan suatu proses pendidikan, atau sebagai program kegiatan
yang akan dijalankan pada caturwulan, semester maupun pada tingkat pendidikan tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsipnya bahwa Kurikulum Pendidikan Islam pendidikan islam
mengorientasikan pendidikan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga
muncullah konsep insane kamil yaitu sempurna di dunia (berinteraksi dengan
makhluk Allah dan berhubungan denganTuhannya/ ALLAH).
•
Kurikulum PAI di sekolah umum pada setiap jenjang sebenarnya sudah mencakup
seluruh indikator naun dengan terbatasnya waktu maka sangatlah sulit dalam
penerapannya dalam pembelajaran sehingga hasilnya pun belum bisa maksimal.
•
Arti pengembangan kurikulum adalah proses yang mengaitkan satu komponen
kurikulum lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.
•
Dalam pengembangannya kurikulum PAI sekarang ini sudah menitik beratkan pada :
1. Lebih menitik beratkan pencapaian target (attainmet targets) dari pada penguasaan materi.
2. Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia.
3. memberikan kebebasan yang lebih luas untuk pelaksana pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
1. Lebih menitik beratkan pencapaian target (attainmet targets) dari pada penguasaan materi.
2. Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia.
3. memberikan kebebasan yang lebih luas untuk pelaksana pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
[1]Abd. Aziz, FilsafatPendidikan
Islam SebuahGagasanMembangunPendidikan Islam, Yogyakarta: PenerbitTeras,
hal 155
[2]Prof.H.Muzayyin Arifin,M.Ed. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi
Aksara hal 78
[3]Abd. Aziz, FilsafatPendidikan
Islam SebuahGagasanMembangunPendidikan Islam, Yogyakarta: PenerbitTeras,
hal 157
[4]Abd.RachmanAssegaff, FilsafatPendidikan Islam ParadigmaBaruPendidikanHadhariBersasisIntegratif-Interkonektif.
Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, Hal 108-117
[5]MuzayyinArifin, FilsafatPendidikan Islam, Jakarta: BumiAksara, Hal 78
[6]Ibid 1, hal 158-160
[7]Ibid, hal 160
[8]Ibid, hal164
0 komentar:
Posting Komentar